Kepulauan Masalembo yang berada di Kabupaten Sumenep mempunya kisah menarik khusunya untuk konservasi Kakatua-kecil jambul-kuning. Dudi Nandika, dari Indonesia Parrot Project berbagi cerita di Obrolan Kamis Sore
mengenai Upaya Konservasi Kakatua-kecil jambul-kuning di Pulau Masakambing.
Pulau Masakambing juga salah satu bagian dari pulau-pulau yang ada di wilayah Kabupaten Sumenep. Jarak tempuh dari Sumenep ke Pulau Masa Kambing hampir 12 jam lamanya.
Luas Pulau asakambing + 500 hektar dan digunakan sebagai pemukiman dengan jumalah penduduk + 1.400 jiwa. Baik di tengah maupun di pinggir pulau, ipenuhi dengan mangrove dan tambak. Sebagian besar juga perkebunan kelapa, cengkeh dan palawija, seperti jagung.
Dudi menjelaskan bahwa penelitian kakatua berdasarkan baseline penelitian BirdLife Internasional tahun 1994 – 1999. Dengan melakukan monitoring status, Kakatua-kecil jambul-kuning anya bisa ditemukan di Dusun Ketapang (Barat Laut). Pada tahun 2008, ditemukan 10 ekor (4 pasang dan 2 anak). Dan di ahun 2009 cenderung menurun, hanya ditemukan 8 ekor (3 pasang dan 2 remaja).
Padahal banyak sekali pakan Kakatua kecil jambul kuning di Pulau Masakambing, seperti:
1. Kelapa, Cocos nucifera à buah
2. Belimbing Wuluh, Averrhoa bilimbi à buah
3. Lontar, Brassus sp à bunga jantan
4. Sukun, Artocarpus communis à bunga jantan
5. Kedondong, Spondias pinnata à buah & bunga
6. Kapuk, Ceiba petandra à bunga
7. Kelor, Moringa oleifera à buah
8. Tanjang, Bruguiera ymnorrhiza à buah (mangrove)
9. Keduduk, Lumnitzera racemosa à bunga (mangrove)
10. Galompe (nama lokal) à bunga
11. Asem, Tamarindus Indica à buah
12. Pidada, S. alba & S. aseolaris à buah (mangrove)
13. Jagung, Zea mays à tongkol/biji
14. Rumbia, Matroxylon sp. à bunga
Ternyata bukan karena pakan yang menyebabkan populasinya menurun, tapi ancaman yang dilakukan oleh manusia, seperti: Pengambilan anak
kakatua untuk dijual; memotong pohon sarang dan pakan (kelapa), karena dianggap ama terhadap kelapa, sehingga masyarakat tidak peduli terhadap keberadaan Kakatua; rendahnya opulasi pohon-pohon berukuran besar; dan kondisi alam yang ekstrim.
Untuk mengatasinya, ada upaya konservasi dengan melibatkan masyarakat lokal dan mahasiswa. Antara lain dibuatnya perlindungan hukum, bahkan sudah lengkap, sayangnya tidak berjalan baik. Memfasilitasi pembuatan peraturan desa untuk melindungi kakatua. Sosialisasi dengan instansi pemerintah di tingkat kecamatan dan tingkat lebih tinggi, termasuk sosialisasi perundangan terkait seperti UU No. 5 tahun 1990. Bahkan di Kabupaten Sumenep sudah ada
peraturan daerah untuk perlindungan kakatua, namun tidak dilaksanakan. Selain monitoring status Kakatua, dilakukan pula kunjungan ke sekolah. Hal ini
dilakukan untuk menumbuhkan rasa bangga dengan adanya kakatua di sekitar tempat mereka tinggal, juga dan menerangkan pentingnya Kakatua-kecil jambul-kuning di alam dengan melakukan pengamatan burung. Terakhir, membuat sarang kakatua buatan di tempat atau pohon-pohon yag biasa dihinggapi kakatua.
Ada pertanyaan menarik dari ahrul, Burung Indonesia mengenai oknum penangkap kakatua apakah sudah teridentifikasi, mengingat kawasan P. Masakambing tidak terlalu luas dan kakatua semakin sedikit. Apakah mungkin menempatkan nest box di kawasan lindung desa?
“Banyak oknum yang terkait, selain itu rendahnya kepedulian masyarakat terhadap kakatua, karena masih dianggap hama. Pejabat-pejabat di kabupaten pun sering minta oleh-oleh setelah kunjungan kerja. Atau upeti saat masuk PNS. Banyak juga oknum yang memesan dari luar pulau. Selain itu, penangkap kakatua sudah diidentifikasi dan telah didekati, diberi pengertian, termasuk oleh aparat desa”, Dudi menjelaskan upaya-upaya pencegahan terhadap berkurangnya populasi kakatua di Kepulauan Masalembo.
Dari upaya-upaya tadi, Camat Masalembo termasuk yang peduli, bahkan sudah mengeluarkan ultimatum untuk menjaga kakatua. Dan pemberian bonus
sebesar satu juta rupiah bagi penduduk yang berhasil menjaga mulai dari telur hingga kakatua hingga bisa terbang. Luar biasa upaya Camat Masalembo untuk konservasi Kakatua-kecil jambul-kuning ini. [Irma Dana]