Selain Yus Rusila Noor menceritakan tentang gambut, Obrolan Kamis Sore pun diisi oleh Hapsoro dari Komunitas Peduli Ciliwung (KPC). Ia menceritakan tentang kondisi S. Ciliwung di Bogor, dengan tagline “Ciliwung Ruksak Hirup

Balangsak” sebagai motto kegiatannya. Kegiatan Komunitas Peduli Ciliwung (KPC) adalah sebuah inisiatif dari warga Bogor untuk Kota Bogor. Inisiatif ini berawal dari mimpi-mimpi Hapsoro dan beberapa temannya. Ia bermimpi bisa memancing dengan enak di S. Ciliwung dan anaknya sibuk bermain air di situ. Padahal Ciliwung kini tidak hanya terancam oleh sampah, tapi juga oleh banyaknya pembangunan yang dilakukan di badan sungainya. Walaupun logat Jawa Hapsoro masih kental, KTP Bogornya seakan menyentil dirinya. Dia tidak ingin tinggal di Bogor hanya untuk makan dan buang hajat saja.

Setelah mulai menelusuri dan memetakan titik-titik pembuangan sampah di tepi dan badan S. Ciliwung, akhirnya sejak Februari 2009, ia mengajak teman-temannya melakukan bersih Ciliwung, terutama untuk sampah anorganik. Bagi pria berkulit gelap ini, saat ini diperlukan tindakan aksi dalam menyelamatkan Ciliwung. “Kami adalah segelintir orang yang mau bertindak, dengan memberikan contoh langsung.”

Sejak mulung perdana tanggal 15 Maret 2009 dan diikuti oleh 80 orang, kegiatan ini berlangsung teratur setiap minggu walau pesertanya selalu menurun. Hapsoro menafsirkan bahwa orang Indonesia masih senang melakukan kegiatan berdasarkan momentum hari-hari besar lingkungan. Aksi mulung sampah ini bersifat voluntary, tidak ada paksaan. Makan dan minum pun membawa dari rumah masing-masing. Bahkan, Hapsoro juga menyediakan kotak sumbangan untuk membeli karung yang diedarkan ke peserta mulung.

KPC juga melakukan kegiatan lainnya, seperti pendidikan lingkungan hidup untuk SD di Kp. Rambutan; penelitian tentang kualitas air, herpeto fauna, biota air dan sosial ekonomi; pemutaran film layar tancap (tentang sampah Ciliwung) dan road show ke kampung-kampung; Orkes melayu gerobak dorong, untuk menghubur masyarakat yang tinggal di pinggir sungai; penyebar luasan info melalui radio; dan bahkan penyelenggaraan Lomba Mulung Sampah yang diikuti oleh 10 kelurahan di Kota Bogor dalam rangka perayaan 17 Agustus 2009 lalu.

Untuk kegiatan ini KPC mendapat bantuan dari Dinas Kebersihan kota Bogor dalam pembuangan sampahnya. Saat ini sampah buangan masih dibuang ke TPA Galuga. Di saat-saat awal KPC masih melakukan pemilahan sampahnya, tapi kini kegiatan tersebut sulit dilakukan mengingat diperlukan waktu dan tempat penampungan yang tidak sedikit. KPC masih mencari pihak yang mau menangani pemilahan sampah ini.

Hapsoro juga mengakui bahwa saat ini masih sulit untuk merubah pola pikir masyarakat untuk tidak membuang sampah ke sungai. Karenanya dengan melakukan pemulungan secara intensif, diharapkan masyarakat bisa berpartisipasi dan malu bila masih membuang sampah ke sungai. Mereka tidak perlu dimarahi bila masih membuang sampah, tetapi perlu pendekatan bagaimana membuat mereka tidak lagi membuang sampah ke sungai. Juga melakukan pendekatan kepada warga yang memiliki kepentingan dalam menjaga sungai, misalnya pemilik keramba ikan, mereka secara teratur tiap hari membersihkan sampah yang menyangkut di kerambanya.

Setiap hari Sabtu pula, pria pengendara sepeda onthel ini rajin mengirimkan SMS mengajak teman-temannya untuk melakukan mulung sampah di Ciliwung pada hari Minggu. Ketersediaan dana masih merupakan kendala, dan masih belum bisa optimal untuk melakukan komunikasi dan mengajak lebih banyak lagi orang yang peduli. Jika Anda tertarik untuk bergabung membersihkan Sungai Ciliwung, silahkan klik: www.tjiliwoeng.co.cc laman ini memuat semua perkembangan tentang Komunitas Peduli Ciliwung.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here